Translate

Wednesday, May 22, 2013

ANALISIS KONTEN A. PENDAHULUAN Ada beberapa ragam metode menafsir teks, diantaranya Discourse Analysis, Critical Discourse Analysis, Hermeunetika, Content Analysis dan lain-lainya. Dari beberapa jenis metode tafsir teks di atas tentu masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Namun dalam pembahasan ini, penulis hanya akan membahas satu jenis tafsir teks saja, yaitu Analisis Konten atau yang lazim dikenal sebagai Content Analysis ditulis dengan huruf C besar (Content) dan A besar (Analysis), karena merupakan sebuah nama metode. Sebagai sebuah metode, Konten Analisis (Content Analysis) memiliki akar intelektual yang sangat panjang. Bahkan disebut sebagai metode tafsir yang paling tua. Tetapi istilah ‘Content Analysis’ baru masuk dalam kamus Webster’s Dictionary of the English Language pada awal 1960’an. (Harjo), Secara praktik metode ini sudah lama dipakai para ahli di banyak bidang, mulai dari Filsafat, Agama, Politik dan Retorika hingga Bahasa, Seni, Sosiologi, Antropologi, Komunikasi, dan Psikologi. Tidak seperti metode-metode penelitian yang lain yang umumnya bersandar pada perspektif atau paradigma tertentu, seperti grounded theory dan fenomenologi, Content Analysis lepas dari kerangka atau perspektif tertentu karena tidak berangkat dari renungan filosofis, melainkan dari sebuah kejadian atau peristiwa. Tetapi praktiknya merupakan metode kuantitatif. Metode ini berawal dari kesadaran manusia akan kegunaan simbol, termasuk angka, dan bahasa. Menurut para penggagasnya, membuat pernyataan secara kuantitatif, mengulangi kata beberapa kali, dianggap lebih bisa meyakinkan pembaca atau pendengar daripada pernyataan secara kualitatif yang memerlukan reasoning panjang dan berbelok-belok. Sangat disadari bahwa simbol dan bahasa memainkan peran sangat penting bagi kehidupan manusia. Jika disadari, keseharian dan sepanjang hidupnya manusia bergelut dalam simbol dan bahasa, mulai hal-hal yang sangat sederhana seperti makan, minum, dan tidur hingga memikirkan sesuatu. Semuanya merupakan aktivitas manusia dalam dunia simbol dan bahasa. Pendek kata, semua cakupan ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi, Antropologi, Politik, Komunikasi, Psikologi) dan ilmu-ilmu humaniora (seperti Bahasa, Seni, Sastra, Agama dan Filsafat) berkaitan dengan simbol, makna, pesan, fungsi, dan kekuatan yang dibawa oleh simbol tersebut. Konten Analisis (Content Analysis) merupakan salah satu metode analisis teks yang cukup handal. Metode ini memandang data bukan sebagai kumpulan peristiwa, sebagaimana lazimnya dianut oleh metode penelitian yang berparadigma interpretif, seperti Discourse Analysis, yang melihat gejala atau peristiwa sebagai satu kesatuan yang majemuk dan kompleks. Konten Analisis (Content Analysis) memandang data sebagai gejala simbolik. Ia lebih akrab dengan makna, referensi, konsekuensi, dan keinginan-keinginan yang tidak mungkin dicapai dengan metode kualitatif. Untuk memahami metode ini lebih dalam lagi, penulis kemudian menuangkan pembahasan mengenai metode Konten Analisis (Content Analysis) pada bagian berikutnya. B. PEMBAHASAN 1. Definisi Analisis Konten (Content Analysis) Untuk melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti harus mampu memilih sebuah metode yang cocok dengan masalah yang ditemukan, ketidaktepatan dalam memilih sebuah metode dalam sebuah penelitian akan sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil akhir dari sebuah penelitian, hal tersebut dapat dianalogikan dengan seorang yang ingin memotong sebuah pohon besar dengan menggunakan pisau, sudah barang tentu hal itu akan sangat sulit untuk dilakukan, walaupun sebenarnya kemungkinan terpotongnya pohon tersebut masih ada, namun waktu dan tenaga yang terpakai akan membuat prosesnya akan sangat lama. Sehingga alat potong yang tepat adalah menggunakan mesin potong untuk pohon. Oleh karena itu kecermatan seorang peneliti dalam memilih metode penelitiannya merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memulai sebuah penelitian, kecermatan peneliti juga akan membuat sebuah penelitian menjadi efektif dan efisien. Menurut Barelson (Zuchdi, 1993:1), Analisis Konten adalah suatu teknik penelitian untuk menghasilkan deskripsi yang objektif, sistematik dan bersifat kuantitatif mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi. Sejalan dengan pendapat di atas Budd, Thorpe, dan Donahw (Zuchdi, 1993: 1) mendefinisikan bahwa Analisis Konten adalah suatu teknik yang sistematik untuk menganalisis makna pesan dan cara mengungkapkan pesan. Menurut Krippndorf (1980: 21) Analisis Konten adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi yang valid dan dapat diteliti ulang dari data berdasarkan konteksnya. Definisi yang lain dikemukakan oleh Stone (1966), Analisis Konten adalah suatu teknik untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasi karasteristik khusus secara objektif dan sistematik ( Zuchdi, 1993:2). Barcus mendefinisikan Analisis Konten adalah (Muhadjir, 1996: 49) analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Sedangkan menurut Kerlinger Analisis Konten didefinisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Bungin, 2001:187). Dari penjelasan menurut para ahli di atas dapat dibahasakan bahwa penelitian Analisis Konten adalah suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menganalisis suatu objek penelitian berupa makna dalam sebuah pesan dengan tujuan mendeskripsikan dan menyimpulkan data secara objektif dan sistematik. Berikut ini ada beberapa contoh penelitian Analisis Konten yang berkenaan dengan pendidikan.(Arikunto, 1995; 322). 1. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan penggunaan istilah atau kata-kata di dalam buku-buku yang beredar dipasaran. Penelitian dilakukan dengan cara mencacah istilah, kata-kata banyaknya kesalahan cetak, kesalahan ejaan dan sebagainya yang bersifat mencari frekuensi. 2. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui seberapa banyak materi Psikologi digunakan dalam buku-buku metodologi pengajaran. Dengan penemuanya ini peneliti bermaksud untuk mengetahui sudah berapa banyak ahli-ahli kurikulum telah memanfaatkan ilmu jiwa di dalam kegiatan pendidikan di sekolah. 3. Penelitian lain dapat dilakukan terhadap surat-surat kabar atau media cetak lain misalnya untuk mengetahui banyaknya istilah istilah prokem yang digunakan oleh setiap media cetak tersebut. Demikian pula misalnya jika dari media masa dapat diselidiki bagaimana tingkat kebenaran dan kebaikan bahasa yang dipakai. Contoh-contoh penelitian Analisis Konten di atas disajikan untuk memudahkan pembaca yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan Analisis Konten sebagai metode penelitianya. 2. Kegunaan Analisis Konten Para peneliti menggunakan metode ini bukan hanya untuk mempelajari karasteristik isi komunikasi, tetapi juga untuk menarik kesimpulan mengenai sifat komunikator, keadaan khalayak, maupun efek komunikasi. Menurut Wimmer dan Dominic (Bungin, 2001; 188) setidaknya ada lima kegunaan yang dapat dilakukan dalam penelitian analisis isi sebagai berikut: 1. Menggambarkan Isi Komunikasi Contohnya penelitian yang ingin mengetahui apakah pernyataan elite tertentu di media massa menggunakan gaya komunikasi politik yang agresif, menyerang pihak lain, atau submisif yang cenderung diam dan mengalah. 2. Menguji Hipotesis Tentang Karakteristik Pesan Misalnya hipotesis sebuah Analisis Konten pers Orde Baru berbunyi karena karasteristik surat kabar harian Suara Karya memiliki hubungan dekat dengan Partai Golongan Karya, maka pemberitaan surat kabar tersebut cenderung memihak pada Presiden Soeharto. Dengan menganalisis isi berita yang dikeluarkan oleh surat kabar tersebut maka kita akan dapat menyimpulkan hipotesis di atas dapat diterima atau tidak. 3. Membandingkan Isi Media Dengan Dunia Nyata Banyak Anilisis Konten yang digunakan untuk menguji apa yang ada di media dengan realitas yang ada dikehidupan nyata. Taylor dan Bang ( Bungin 2001; 191) membandingkan tiga kelompok minoritas yang ada di iklan majalah Amerika Serikat, dengan kenyataan populasi secara umum. Ditemukan bahwa orang minoritas Amerika Latin merupakan kelompok yang tidak banyak terwakili di iklan-iklan jika dibandingkan dengan minoritas lain yang berwajah Asia dan Afrika. 4. Memperkirakan Gambaran Kelompok Tertentu di Masyarakat. Di sini Analisis Konten digunakan untuk meneliti masalah social tentang diskriminasi dan prasangka terhadap kelompok minoritas, agama tertentu, etnik dan lainya. 5. Mendukung Studi Efek Media Massa. Penggunaan Analisis Konten sering juga digunakan sebagai sarana untuk memulai penelitian efek dari media massa. 3. Paradigma Penelitian Analisis Konten Sebagaimana penelitian sosial yang lainya, Analisis Konten juga terbagi dalam dua aliran metodologi, yaitu Kuantitatif dan Kualitatif, metode Analisis Kuantitaf berpedoman pada filsafat positivism sementara Analisis Konten yang menggunakan metode Kualitatif aliran filosofinya antipositivisik yang menggunakan pendekatan interpretative. McQuail dalam bukunya Burhan Bungin (2001;185). Penelitian Analisis Konten yang selama ini masih banyak diaplikasikan di Indonesia adalah model-model penelitian Analisis Konten Kuantitatif konvensional, Analisis Konten ini hanya mampu mengetahui atau mengidentifikasi manifest message (pesan-pesan yang tampak) dari isi suatu objek yang diteliti. Sementara itu Analisi Konten yang sifatnya Kualitatif tidak hanya mampu mengidentifikasi pesan-pesan yang manifest, melainkan juga yang latent message. Untuk lebih mendalami perbedaan antara Analisis Konten Kuantitatif dan Analisis Konten Kualitatif, di bawah ini penulis mencoba untuk menguraikannya. Prinsip-prinsip Analisis Konten Kuantitatif yang selama ini diterapkan adalah prinsip objektifitas yang diukur dari pembuatan atau penyusunan kategorisasi. Prinsis kategorisasi yang disusun haruslah bersifat operasional, artinya kategorisasi yang ada tidak menimbulkan makna ganda atau interpretasi yang bervariasi. Sehingga peneliti mudah untuk menggeneralisir hasil penelitian. Prisinp lainnya adalah sistematik dan kuantitatif, sistematik adalah beruntun, sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara penentuan unit analisis dan penentua kategorisasi, sedangkan dikatakan kuantitatif pesan yang tampak haruslah dapat dikuantifikasikan/dihitung untuk mendapatkan frekuensi penghitungan pesan-pesan yang dimaksudkan. Adabeberapa contoh penelitian Analisis Konten Kuantitatif diantaranya: a. Gambaran kekerasan dalam tayangan film serial di televise b. Akurasi pemberitaan pers c. Kecenderungan tema-tema pada headline surat kabar d. Kecenderungan topic dalam pemberitaan media massa e. Keberpihakan media Sedangkan Analisis Konten Kualitatis lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen berupa teks, gambar, symbol. Dalam Analisis Konten Kualitatif ini semua jenis data atau dokumen yang dianalisis lebih cenderung disebut dengan istilah “text” 4. Kelebihan dan Keterbatasan Analisis Konten a. Kelebihan Analisis Konten Sebelum memulai penelitian ada baiknya seorang peneliti mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu jenis penelitian, kesalahan dalam memilih metode penelitian akan membuat hasil penelitian yang salah, untuk menghindari hal tersebut kita harus mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu jenis penelitian terlebih dahulu, kita bisa mengetahuinya dari karasteritik dari sebuah penelitian dimaksud, menurut Krippendorff (Zuchdi, 1993; 14) ada lima kelebihan dari penelitian Analisis Konten yakni, 1. Penelitian ini tidak terkontaminasi oleh prosedur pengumpulan data, dan bukan merupakan reaksi terhadap pertanyaan tes, atau eksperimen yang dirancang oleh peneliti. 2. Penelitian ini menggunakan data yang tidak terstruktur. Artinya data yang digunakan adalah berdasarkan pada objek kajian yang sudah dibuat oleh seorang pengarang dalam membuat sesuatu berupa buku, artikel, foto, lukisan, tarian dan karya sastra lainya. Jadi dengan kata lain peneliti tidak perlu menggunakan tes ataupun wawancara dalam hal mengumpulkan data. Jika nanti dalam perjalananya dibutuhkan wawancara maka itu hanya sebagai pelengkap untuk mencari makna yang tersirat. 3. Analisis Konten sensitif terhadap konteks. 4. Analisis Konten dapat diterapkan pada data yang cukup banyak. b. Jika sebuah metode mempunyai kekhasan yang menjadi nilai lebih, metode Analisis Konten juga mempunyai beberapa keterbatasan. Roger Wimmer dan Josep R. Dominick (Sunarto dkk, 2011; 102) memeparkan beberapa keterbatasan metode Analisis Konten adalah: 1. Analisis Konten tidak mampu menjawab bagaimana efek pesan atau efek media terhadap khalayaknya. Analisis ini terbatas hanya sekedar mendeskripsikan teks komunikasi. 2. Temuan-temuan Analisi Konten hanya terbatas pada frameworks dari kategori dan definisi yang digunakan dalam penelitian tersebut. 3. Metode Analisis Konten menjadi sangat terbatas apabila teks komunikasi yang diteliti terlalu sedikit dari segi kuantitas. 4. Analisis Konten juga memakan waktu dan biaya yang mahal jika kita ingin menganalisis isi teks media televisi. 5. Tahap-Tahap Melakukan Penelitian Analisis Konten Seperti halnya metode lain dalam penelitian, Analisis Konten juga melalui beberapa tahap dalam melakukan sebuah penelitian yakni: 1. Menentukan dan Merumuskan Masalah Penelitian Sebagaimana penelitian sosial lainya, Analisis Konten juga dimulai dengan menentukan dan merumuskan masalah penelitian. 2. Membangun Kerangka Teori dan Menentukan Unit Analisis dan Kategorisasi Setelah menentukan rumusan masalah, peneliti perlu membangun kerangka teori. Dalam membangun kerangka teori ini, seorang peneliti haruslah mampu mengidentifikasi fungsi dan kebutuhan sebuah penelitian Abrar (Sunarto, dkk 2011: 109). Artinya bahwa tidak semua teori kita ambil sebagai kajian teori untuk sebuah penelitian, karena prinsip dari penelitian yag menggunakan metode Analisis Konten atau penelitian lainya bukan pada seberapa banyak teori akan tetapi lebih pada teori apa saja yang dibutuhkan. Sehingga diperlukan kecermatan dari seorang peneliti dalam menentukan teori yang akan diambil. Kerangka teori dalam penelitian Analisis Konten diperlukan uttuk menentukan unit analisis dan system kategorisasi penelitian. Selain itu pula kerangka teori ini diperlukan untuk melakukan interpretasi data. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat dua fungsi dari prinsip membangun kerangka teori dalam penelitian Analisis Konten yakni, yang pertama untuk membuat unit analisis dan kategorisasi dan yang kedua adalah untuk melakukan interpretasi data. 3. Menetukan Sampel Peneliti perlu menyederhanakan jumlah obyek penelitian ketika berhadapan dengan teks dalam jumlah yang cukup besar, dengan teknik penarikan sampel yang tepat dan jumlah sampel yang memadai, peneliti tetap akan dapat melakukan penelitian Analisis Konten dengan keyakinan bahwa penelitiannya merupakan penelitian yang representatif. Neuman (1997: 277) menyatakan bahwa penelitian Analisis Konten sering menggunakan random sampling sederhana guna menentukan sampel penelitian. Tahap pertama, peneliti perlu menentukan dahulu populasi dalam penelitian Analisis Konten yang dilakukanya. Populasi dalam penelitian Analisis Konten dapat berupa semua kata-kata, semua kalimat, semua paragraph, atau bahkan semua artikel dari obyek penelitian yang dimaksud dan tentu saja bergantung pada jenis teks atau dokumen yang diteliti. 4. Melakukan Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengkodingan terhadap kategori-kategori-kategori yang sudah ditentukan oleh peneliti sudah menunjukan kesamaan jika dilakukan oleh peneliti lain. Adapun prosedur untuk melakukan uji reliabilitas ini pada penelitian Analisis Konten kuantitatif adalah: a. Peneliti sebagai pengkodingan utama memilih seorang pengkodingan sebagai alat batu perbandingan. b. Sebelum mengisi lembar koding (coding sheet), kepada para pengkodingan ini telah dijelaskan tentang batasan dan definisi unit analisis dan kategorisasi yang ditetapkan. c. Untuk para pengkodingan (intercorder), diberikan berita yang sama (bisa sepuluh atau limabelas bahkan dua puluh item berita). Satu berita diisikan untuk satu lembar coding. d. Prosedur terakhir adalah dengan membiarkan peneliti dan pengkodingan mulai mengisi lembar coding tanpa mempengaruhi satu sama lain. 5. Melakukan Pembacaan Data (Coding) Setelah selesai menentukan sampel dan melakukan uji reliabilitas, maka peneliti Analisis Konten dapa memulai melakukan Analisis Konten terhadap teks-teks yang ada. Proses ini dinamakan sebagai proses coding. Menurut Wimmer dan Dominick (Sunarto, dkk 2011: 116) proses coding merupakan proses memindahkan data mentah dari teks yang diteliti ke lembar-lembar coding (coding sheets) untuk mendapatkan data yang lebih sederhana. 6. Melakukan Analisis dan Interpretasi Data Penelitian Setelah proses coding di atas selesai, peneliti perlu melakukan analisis dan intepretasi data. Data penelitian Analisis Konten yang terdiri dari lembar-lembar coding perlu ditransformasi ke dalam bentuk yang sederhana agar mudah untuk dibaca dan dimaknai. Inilah yang dimaksud dengan melakukan proses analisis data. Analisis data yang paling umum dilakukan untuk data Analisis Konten adalah dengan memindahkanya dalam bentuk tabel, yang dinamakan Tabel Distribusi Frekuensi. Di bawah ini adalah contoh dari tabel distribusi sederhana dalam penelitian Analisis Konten: GBPP Kurikulum Buku Paket IPA Ada sangat mendukung Ada kurang mendukung Tidak ada Benda hidup dan benda mati Ѵ Benda padat dan benda cair Ѵ Tumbuhan dan tanaman Ѵ Binatang piaraan Ѵ Binatang ternak Ѵ Setelah selesai melakukan analisis data, maka tahap selanjutnya yakni melakukan intepretasi data. Interpretasi data merupakan tahap melakukan pembacaan hasil analisis data penelitian. Aktifitas interpretasi data ini biasanya dilakukan dengan mencoba mendialogkan antara temuan data dengan kerangka teori yang telah disusun dibagian awal perencanaan penelitian. C. KESIMPULAN Dari uraian tentang metode penelitian Analisis Konten di atas penulis dapat menyimpulkan secara singkat bahwa: 1. Analisis Konten Merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menterpretasi isi serta makna yang terkandung dalam sebuah pesan berupa komunikasi atau teks baik secara kuantitatif ataupun secara kualitatif. 2. Ada beberapa kegunaan Analisi Konten sebagai metode penelitian yakni, menggambarkan isi komunikasi, menguji hipotesis tentang karakteristik pesan, membandingkan isi media dengan dunia nyatamemperkirakan gambaran kelompok tertentu di masyarakat, dan mendukung studi efek media massa. 3. Paradigma penelitian Analisi Konten berpijak pada dua aliran yakni positivism (Kuantitatif) da Postpositivisme (kualitatif). 4. Kelebihan Analisis Konten adalah Penelitian ini tidak terkontaminasi oleh prosedur pengumpulan data, dan bukan merupakan reaksi terhadap pertanyaan tes, atau eksperimen yang dirancang oleh peneliti, penelitian ini menggunakan data yang tidak terstruktur, sensitif terhadap konteks, dapat diterapkan pada data yang cukup banyak.sedangkan keterbatasan dari Analisis Konten adalah, Analisis Konten tidak mampu menjawab bagaimana efek pesan atau efek media terhadap khalayaknya, terbatas hanya sekedar mendeskripsikan teks komunikasi, temuan-temuan Analisi Konten hanya terbatas pada frameworks dari kategori dan definisi yang digunakan dalam penelitian tersebut, teks komunikasi yang diteliti terlalu sedikit dari segi kuantitas, memakan waktu dan biaya yang mahal jika kita ingin menganalisis isi teks media televisi. 5. Yang terakhir adalah yahap atau langkah-langkah dalam melakukan Analsis Konten adalah, menentukan dan merumuskan masalah penelitian, membangun kerangka teori dan menentukan unit analisis dan kategorisasi, menetukan sampel, melakukan uji reliabilitas, melakukan pembacaan data (coding), melakukan analisis dan interpretasi data penelitian DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (1995)¬¬¬¬. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bungin, Burhan (2001). Metode Penelitian Kualitatif: Aktifitas Metodologis Kearah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hardjo, Mudjia, Materi kuliah, Content Analysis Sebagai Metode Tafsir Teks, Akar Sejarah dan Penggunaanya. Diunduh tanggal 9 Oktober 2012 dari http://mudjiarahardjo.com Krippendorff, Klaus. (1981). Content Analysis: an Introduction to its Methodology. London: sage publications Muhadjir, Noeng. (1996). Metode Penelitian: Kualitatif,Pendekatan Positivistic, Rasionalistik, Phenomenologik Dan Realism Metaphisik Telaah Studi Teks Dan Penelitian Agama. Yogyakarta: PT. Bayu Indra Grafika Neuman, W Lawrence (1997). Social Research Methods, Qualitative and Quantitative Approach. Boston: Allyn and Bacon Sunarto, Hussein Adnan, Antonius Mario, dkk. (2011). Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Mata Padi Pressindo. Zuchdi, Darmiyati. (1993). Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta. ABSTRAK Ikhlasul Ardi Nugroho: Analisis Isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Sains Kelas VI Sekolah Dasar. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas kandungan proses kognitif, ketrampilan proses sains, dan jenis pengetahuan dari Buku Sekolah Elektronik Sains Kelas VI Sekolah Dasar yang relevan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian content analysis dengan subyek penelitian sebuah Buku Elektronik Sains Kelas VI Sekolah Dasar yang ditulis oleh Yayat Ibayati, Sri Anggraeni, dan Lilis dan obyek penelitian isi buku (kandungan proses kognitif, keterampilam proses sains, dan jenis pengetahuan). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini rubrik yang terdiri dari tiga buah, yakni rubrik untuk kandungan proses kognitif, keterampilan proses sains, dan jenis pengetahuan. Data yang diperoleh melalui pengkodean dianalisis secara kualitatif. Buku dikatakan memenuhi kriteria secara sempurna jika buku mengandung seluruh isi yang dikriteriakan; dikatakan memenuhi dalam tingkat baik jika berada pada rentang ≥ 85% dan < 100%; dikatakan cukup jika berada pada rentang ≥ 60% dan < 85%; dikatakan kurang jika berada pada rentang ≥ 35% dan < 60%; dikatakan sangat kurang jika berada pada rentang > 0% dan < 35%; dan sama sekali tidak memenuhi kriteria jika presentase pemenuhan kriteria 0%. Hasil penelitian menunjukan, pertama, BSE Sains Kelas VI memenuhi proses kognitif yang dikandung dalam kurikulum dalam tingkat cukup (82,38 %); kedua, BSE Sains Kelas VI memenuhi keterampilan proses sains yang dikandung dalam kurikulum dalam tingkat kurang (57,40 %); ketiga, BSE Sains Kelas VI memenuhi jenis pengetahuan yang dikandung dalam dalam kurikulum dalam tingkat baik (93,87 %). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa buku yang telah lolos penilaian BSNP ini masih belum memenuhi proses kognitif, keterampilan, keterampilan proses sains, dan jenis pengetahuan yang terkandung dalam kurikulum secara sempurna. Buku juga masih mengandung berbagai materi yang tidak akurat yang menyebabkan tidak terpenuhinya kandungan jenis pengetahuan secara sempurna. Hal positif dari abstrak: 1. Ditinjau dari pedoman panduan menulis UNY, penulisan abtrak di atas hampir sesuai dengan kaidah atau aturan yag berlaku. 2. Instrumen berupa rubrik yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan penelitian. 3. Kriteria penilaian relevan dengan obyek kajian. 4. Hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Hal negatif dari abstrak: 1. Tidak ada key word 2. Penulisan judul tesis tidak miring. 3. Judul buku tidak disebutkan sehingga BSE Sains yang dimaksud tidak terperinci dengan jelas. 4. Sebaiknya penulisan content analysis ditulis dengan menggunakan huruf capital untuk huruf pertama karena merupakan sebuah nama dari salah satu metode penelitian. alonzo Liverpudlian